Formulir Kontak

 

KLA 2019: A Day in Tokyo!

こんにちは!

[Kon'nichiwa!]

Source: weheartit.com/entry/324840068
Kita berjumpa lagi di cerita tentang perjalananku ke Jepang saat KLA 2019. KLA 2019 tuh apa sih? Di blog sebelumnya aku telah menjelaskan tentang kegiatan Kuliah Lapangan Arsitektur 2019 oleh Universitas Gunarma yang diadakan bulan Maret 2019 lalu. Kami kesana tentunya untuk menambah wawasan baru, "tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina," kata pepatah. Meskipun perjalanan ini bukan ke Negara Tirai Bambu itu, sih, hehe (semoga bisa di lain waktu!).
Kali ini, sesuai judulnya, aku akan bahas kisah jalan-jalanku keliling Tokyo dengan beberapa teman. Eh, loh kok, jalan-jalan? Tadi katanya belajar? Kami diberi waktu bebas untuk berkeliling dan berjalan-jalan kemana saja menikmati indahnya ibukota Negeri Sakura itu di kala pergantian musim dingin menuju musim semi.

Total comment

Author

Yola Safitri
Kuliah Lapangan Arsitektur, atau yang lebih dikenal dengan singkatannya yaitu KLA, merupakan sebuah mata kuliah wajib yang harus dijalankan setiap mahasiswa Teknik Arsitektur Universitas Gunadarma. Sudah menjadi kegiatan setiap tahun untuk mahasiswa Teknik Arsitektur semester 6 untuk pergi bersama-sama keluar negeri untuk menjalankan kegiatan KLA tersebut, dengan tujuan yang berbeda setiap tahunnya. Tahun 2019 ini, tujuan KLA-nya yaitu Negeri Matahari yang terkenal dengan bunga sakuranya yang indah.
Pemandangan Gunung Fuji saat Bunga Sakura bermekaran.
Sebelum keberangkatan, setiap kelas dibagi menjadi dua kelompok dengan pengamatan masing-masing setiap kelompok yang berbeda. Kelompok kami mendapatkan pengamatan landscape Ueno Park di daerah Taito. Banyak persiapan yang dilakukan semenjak semester lalu untuk mempersiapkan segala sesuatu yang sekiranya dibutuhkan saat melaksanakan KLA tersebut di Jepang. Begitu pula dengan saya dan anggota kelompok lainnya. Pada pertemuan pertama kami, kami melakukan pembagian role pekerjaan setiap anggota untuk persiapan segala sesuatu disana. Dari pembagian tersebut, saya mendapatkan role menjadi script writer. Setelah pembagian tugas tersebut, kami mengadakan rapat terlebih dahulu untuk menentukan konsep yang akan kami usung untuk video kami.
Ueno Park kondisi sore hari. Sumber: dokumentasi pribadi.
Dengan kesepakatan yang ada, saya mencoba untuk memulai membuat script dari berbagai sumber yang sekiranya dibutuhkan. Pada saat pembuatan script, saya mendapat bantuan yang sangat banyak dari teman saya Nada. Melihat script yang sudah banyak dikerjakan, saya mulai membuka file baru untuk pembuatan storyboard. Untuk membuat storyboard, saya mencoba mencari-cari referensi video yang sekiranya bagus sebagai contoh. Storyboard yang telah dibuat kemudian dibawa pada rapat kelompok dan diasistensikan kepada dosen pembimbing kami untuk nantinya dikoreksi segala sesuatu yang dirasa kurang atau tidak diperlukan.
Masterplan Ueno Park yang telah dibagi pengamatannya. Sumber: dokumentasi kelompok.
Pada rapat terakhir sebelum keberangkatan kami ke Jepang, kami telah membagi lagi sub-tim sesuai bagian amatan masing-masing di Ueno Park. Setiap tim terdiri dari tiga orang yang terdiri dari satu orang cameraman utama, satu orang cameraman cadangan, dan satu lagi sebagai asisten. Saya menjadi asisten dengan tugas untuk membantu pekerjaan cameraman menjadi lebih mudah. Saya mendapat bagian menjadi asisten Abyoso sebagai cameraman utama saya dan Prabowo sebagai cameraman cadangan. Pada hari-H, saya membantu mengarahkan shot kamera (video) yang bagus dan sesuai dengan storyboard yang telah dibuat dan diedit tersebut. Selain itu, saya juga yang membantu membawakan payung untuk cameraman, karena ditakutkan akan turunnya hujan saat proses shooting video berlangsung.
Foto kelompok saat di Ueno Park.
Setelah kegiatan di Jepang, kami kembali mengadakan rapat saat sudah kembali pulang ke Indonesia untuk membicarakan proses pengeditan video. Pada Preview I, yang diadakan pada hari senin, produser saya, Gita, berhalangan hadir dikarenakan ada kegiatan KP. Jadi saya datang ke Preview tersebut bersama dengan Judi dan Iwan untuk mewakili kelompok kami menampilkan video. Sampai saat ini kami masih melakukan kumpul kelompok untuk membantu kegiatan proses editing, mulai dari menyortir video yang dibutuhkan, memberikan pendapat, dan seterusnya.

Total comment

Author

Yola Safitri
Halo,
Pada kesempatan kali ini saya akan berbagi pengalaman saya pergi mengunjungi Tokyo, Jepang dalam rangka program studi Kuliah Lapangan Arsitektur Universitas Gunadarma Jepang 2019. Program studi Kuliah Lapangan Arsitektur (KLA) ini dijalani selama 6 hari 4 malam dari tanggal 9 Maret 2019 sampai 14 Maret 2019, termasuk hari keberangkatan dan kepulangan.
Pemandangan Gunung Fuji. Sumber: bookmondi.
Perjalanan dimulai pada tanggal 9 Maret 2019 yang dimulai dengan kumpul untuk keberangkatan di Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta pada pukul 20:00 WIB. Kami menunggu di bandara untuk melakukan check-in bagasi dan keperluan lainnya (ishoma) sebelum naik pesawat keberangkatan pukul 23:05 WIB.
Kelas 3TB03 di Bandara Soekarno-Hatta.
Setelah lepas landas kami akhirnya berangkat untuk meninggalkan Jakarta. Selama penerbangan, saya menghabiskan waktu menonton film yang telah disediakan. Kebetulan saya dapat kursi di dekat pintu darurat, bersama Bu Nita di sebelah kiri saya, jadi kami mendapat extra space untuk kaki. Pramugari yang melayani kami sangat ramah, saya bahkan dibangunkan ketika tertidur untuk makan malam dengan menu omelette.
Kami tiba di Haneda International Airport di Jepang pada hari kedua yaitu tanggal 10 Maret 2019 pukul 08:50 waktu setempat. Melihat perbedaan jam pada handphone dan jam tangan, saya segera menyesuaikan jam tangan saya menjadi dua jam lebih awal dari pada Waktu Indonesia bagian Barat. Bus travel yang kami tumpangi menyediakan fasilitas free WiFi. Dengan fasilitas itu saya segera mengabari orang tua bahwa saya telah sampai dengan selamat di Jepang. Saya pun mencoba mengaktifkan paket data internet roaming yang telah saya beli saat sebelum keberangkatan di Indonesia. Tetapi tidak kunjung berhasil juga, dan akhirnya saya pun menyerah. Saya pikir, yah tak apalah menikmati Jepang tanpa internet, toh di bus dan di hotel mendapatkan fasilitas WiFi.
Tak kenal lelah, baru sampai pun kami langsung melesat menuju Gunung Fuji. Karena saya pikir akan mendaki agak tinggi, jadi saya mengenakan sepatu olahraga untuk berjaga-jaga dan mantel yang sangat tebal. Ternyata kami hanya ke kaki Gunung Fuji, tepatnya di Fujiten Resort. Tapi sebelum sampai kesana, kami berhenti sejenak di rest area untuk makan siang dengan bento yang sudah disediakan. Setelah istirahat makan siang, kami diberi waktu bebas untuk berfoto-foto, atau ingin ke toilet, dan lain sebagainya.
Saat di rest area menuju Fujiten Resort.
Setelah waktu yang disediakan untuk beristirahat telah habis, kami melanjutkan perjalanan ke Fujiten Resort. Perjalanannya tidak terlalu jauh. Sesampainya disana, udara dingin yang sudah sangat dingin langsung menusuk. Temperatur di handphone saya menunjukan suhu saat itu mencapai sekitar 7 derajat celcius. Fujiten Resort ini berada tepat di kaki Gunung Fuij. Karena saljunya yang lebat, banyak orang yang bermain ski. Saya dan teman-teman datang hanya untuk melihat-lihat dan berfoto-foto.
Fujiten Resort. Sumber: dokumentasi pribadi.
Setelah dua jam kami puas melihat-lihat, berfoto, dan membeli souvenir, kami akhirnya melanjutkan perjalanan ke hotel pada pukul 16:00. Selama perjalanan ke hotel saya terlelap dan sampai pukul 20:00. Malam pertama di hotel, kami tidak mendapat makan malam. Untungnya saya membawa pop mie instan dari Jakarta. Akhirnya saya dan Nisya, teman sekamar saya, mencoba merebus air panas untuk makan mie instan tersebut di kamar. Setelah selesai makan, saya dan kelompok KLA saya mengadakan briefing untuk persiapan observasi esok hari. Setelah briefing selesai, saya mengajak teman untuk keluar melihat-lihat sekitar, diikuti oleh beberapa orang teman yang lain.
Kondisi Edogawa, Tokyo, pada malam hari setelah hujan. Sumber: dokumentasi pribadi.
Keesokan harinya kami sarapan pukul 06:00 dengan menu khas Jepang seperti onigiri, miso soup, dan lain-lain. Setelahnya kami kembali melanjutkan perjalanan dan berangkat dari hotel pukul 08:00 untuk menuju lokasi observasi. Kami sempat melakukan photo stop di sebrang jalan bangunan Nagakin Capsule, yang langsung dilanjutkan ke 2121 Design Sight Building. Selagi kelompok lain melakukan observasi, kami diberi waktu bebas untuk melihat-lihat dan menikmati alam di taman yang terletak persis di sebelah 2121 Design Sight Building.
Pada pukul 10:30, kami kembali naik bus untuk melanjutkan perjalanan ke observasi berikutnya. Tapi sebelumnya, kami melakukan photo stop lagi di depan Cocoon Tower sekitar lima menit lalu kembali melanjutkan perjalanan untuk istirahat makan siang sebentar sebelum akhirnya melanjutkan perjalanan ke Ueno Park, lokasi kelompok saya untuk melakukan observasi. Seperti yang sudah direncakan, kami sekelompok berpencar ke setiap titik yang telah ditentukan sebelumnya di Ueno Park. Kelompok kami melakukan observasi berdasarkan apa yang sudah direncanakan sebelum berangkat ke Jepang dan yang sudah ditentukan lewat briefing pada malam sebelumnya.
Saya mendapatkan Toshogu Shrine untuk diobservasi. Saya bersama Abyoso dan Bowo mulai melakukan shoot sesuai apa yang sekiranya dibutuhkan. Mulai dari landscape di sekitar, sampai ke lokasi landscape kuil di bagian dalamnya. Pada saat itu bangunan Toshogu Shrine sedang tidak dibuka untuk umum, jadi dengan membayar 500 yen per orang, kami hanya diizinkan masuk sampai ke depan kuil tersebut, tidak diperkenankan masuk ke dalamnya.
Setelah waktu observasi selama dua jam telah berlalu, akhirnya kami kembali berkumpul di satu titik temu dengan anggota kelompok yang lain untuk melakukan foto bersama, sebelum akhirnya kembali melanjutkan perjalanan. Sampai jumpa di lain kesempatan untuk kelanjutan cerita saya di Tokyo!
Kelompok 4 KLA. Sumber: dokumentasi pribadi.

Total comment

Author

Yola Safitri