Formulir Kontak

 
Istilah arsitektur biologis diperkenalkan oleh beberapa ahli bangunan antara lain Prof. Mag.arch, Peter Schmid, Rudolf Doernach dan Ir. Heinz Frick, yang berarti ilmu penghubung antara manusia dan lingkungannya secara keseluruhan yang juga mempelajari pengetahuan tentang hubungan integral antara manusia dan lingkungan hidup, dan merupakan arsitektur kemanusiaan yang memperhatikan kesehatan.

Bahan-bahan bangunan yang digunakan dalam mewujudkan arsitektur biologis adalah bahan-bahan bangunan dari alam, seperti:
- Bahan bangunan alam yang dapat dibudidayakan lagi,digunakan dalam arsitektur biologis, seperti kayu, bambu, rumbia, alang-alang dan ijuk.
- Bahan bangunan alamiah yang dapat digunakan lagi menjadi bangun arsitektural adalah tanah liat, tanah lempung dan batu alam.
- Bahan bangunan alam yang diproses pabrik atau industri adalah batu artifisial yang dibakar (batu merah), genting flam, genting pres dan batu-batuan pres (batako).

Perencanaan arsitektur biologis senantiasa memperhatikan konstruksi yang sesuai dengan tempat bangunan itu berada. Teknologinya sederhana, bentuk bangunannya pun ditentukan oleh fungsi menurut kebutuhan dasar penghuni dan cara membangunnya. Bentuk bangunan ditentukan oleh rangkaian bahan bangunannya. Konstruksi bangunan yang digunakan ada yang bersifat masif (konstruksi tanah, tanah liat dan lempung), berkotak (konstruksi batu alam dan batu-batu merah), serta konstruksi bangunan rangka(kayu dan bambu). Atas dasar pengetahuan tentang bahan bangunan tersebut, akhirnya tercipta bentuk-bentuk bangunan yang berkaitan dengan sejarah arsitektur.

Arsitektur tradisional merupakan contoh dari arsitektur biologis, yang mencerminkan suatu cara kehidupan harmonis, asli, ritmis dan dinamis, terjalin antara kehidupan manusia dan lingkungan sekitar secara keseluruhan. Arsitektur tradisional dibangun dengan cara yang sama dari generasi ke generasi berikutnya, membuatnya cocok dengan iklim daerah setempat dan masing-masing suku bangsa di Indonesia rupanya telah memiliki arsitektur tradisional.

Arsitektur yang dimiliki suku Korowai di Merauke misalnya, meskipun dibangun di atas pohon, tetapi kehidupan dan perencanaan bangunan suku ini selaras dengan alam yang masih menggunakan peralatan dari batu karang dan kayu.

Berikut ciri-ciri Arsitektur Biologis yang dimiliki oleh rumah adat Suku Korowai di Merauke:
- Kerangkanya terbuat dari batang kayu kecil.
- Dinding buah dibuat dari pelepah daun nipah.
- Alas rumah dari kulit kayu balsa yang diserut dengan pisau karang.
- Ketinggiannya 15-50 meter untuk menghindari bindatang buas dan roh jahat
- Dibangun dengan alat- alat yang berasal dari alam, karena bisa menghabiskan waktu 2 tahun untuk penyelesaiannya.

Total comment

Author

Yola Safitri
Pembangunan yang berwawasan lingkungan adalah upaya sadar dan berencana menggunakan dan mengelola sumber daya secara bijaksana dalam pembangunan yang terencana dan berkesinambungan untuk meningkatkan mutu hidup.

Seiring jalannya pembangunan, dalam upaya memberikan kenyaman dan lingkungan sehat bagi warga kota, Konsep “Green City” dan “Eco City” (kota hijau berwawasan lingkungan) dapat menjadi solusi bagi pelaku pembangunan kota.

Kota hijau (Green City) adalah pengefektifan dan mengefisiensikan sumber daya air dan energi, mengurangi limbah, menerapkan sistem transportasi terpadu, menjamin adanya kesehatan lingkungan, dan mampu mensinergikan lingkungan alami dan buatan, yang berdasarkan perencanaan dan perancangan kota yang berpihak pada prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan (lingkungan, sosial, dan ekonomi). Kota Hijau memiliki delapan unsur dalam hal prosesnya yaitu Green Planning and Desain, Green Community, Green Building, Green Energy, Green Water, Green Transportation, Green Waste, Green Openspace.

Ada 3 hal mendasar yang harus diperhatikan  dalam membangun kota berwawasan lingkungan :
1. Aspek Ekonomi: pembangunan harus dapat meningkatkan pendapatan masyarakat,
2. Aspek Sosial: pembangunan di tingkat masyarakat harus memperhatikan kesehatan lingkungan dan masyarakat
3. Aspek Lingkungan: pembangunan harus selalu memikirkan kelestarian lingkungan dan menjauhkan kerusakan lingkungan dan pencemaran.

Adapun karakteristik kota berwawasan lingkungan, yaitu:
- Meminimalkan kerusakan dan pecemaran lingkungan.
- Memperhatikan antara lingkungan fisik dan lingkungan emosi.
- Mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara efektif, efisien, dan bijaksana.
- Mendasarkan pada nilai-nilai kemanusiaan serta memperhatikan moral atau nilai-nilai adat yang dianut dalam masyarakat.
- Bersifat fundamental dan ideal serta berjangka pendek dan panjang.
- Memperluas lapangan dan kesempatan kerja.
- Pemerataan atau keseimbangan kesejahteraan rakyat.
- Pemerataan atau keseimbangan kesejahteraan hidup antaragolongan dan antardaerah.
- Dalam tingkat laju pertumbuhan ekonomi nasional yang tinggi.
- Mempertahankan stabilitas politik, ekonomi, sosial, budaya, dan keamanan nasional.

Salah satu kota berwawasan lingkungan ialah kota Vancouver di Kanada, karena pada tahun 2005 Kota Vancouver menerapkan strategi green building untuk memastikan bahwa semua bangunan yang dibangun menawarkan kinerja lingkungan dan kesehatan yang lebih baik bagi penghuni dan warga negara. Angin, matahari, gelombang dan tidal energi telah digunakan secara luas untuk menjaga kelestarian lingkungan di kota ini. selain itu kota ini juga telah mengembangkan rencana 100 tahun untuk berkelanjutan dalam rangka terus hijau, meskipun kota ini sudah memiliki lebih dari 200 taman.

Kota ini berencana untuk mengurangi emisi rumah kaca ke tingkat 20% lebih rendah dibandingkan yang dilaporkan pada tahun 1990 selama pembentukan Protokol Kyoto. Untuk melakukan hal ini, Vancouver berencana untuk berinvestasi untuk pengembangan listrik tenaga angin, matahari , sistem energi gelombang dan pasang surut. Pemerintah bahkan mengusulkan untuk menerapkan teknologi baru seperti compactor sampah bertenaga surya yang dapat menangi lima kali lebih banyak sampah buangan konvensional, sehingga lebih sedikit polusi yang dilepaskan oleh truk sampah di jalan-jalan.

Total comment

Author

Yola Safitri